Tahun Pertama di TU Munich

Yo!

Gak kerasa sudah 1 tahun saya berada di Munich untuk menjalankan studi S2 di TUM. Banyak banget pengalaman baru yang didapatkan, terutama karena padatnya jadwal kegiatan dan penyesuaian diri di tempat baru.

Kegiatan kuliah : Bisa dibilang semester pertama merupakan semester terberat. Pertama tama karena saya sudah cukup lama tidak mengenyam bangku kuliah (5 tahun di industry). Kedua dua karena memang mata kuliah yang diambil sengaja yang agak susah (bunuh diri sekaligus mengukur limit).  Hasilnya sih sudah tertebak. Ada mata kuliah yang gak lulus. Ada yang lulus lumayan, ada pula yang bagus. Tapi memang perbedaan cara kuliah juga cukup tricky. Di TU Munich, sebagian besar mata kuliah memberikan bobot 100% penilaian di ujian akhir. Terlebih lagi jadwal ujian yang kadang bentrok atau berada di hari yang sama. Untungnya ada beberapa mata kuliah yang memberikan kesempatan ujian kedua. Namun sayangnya mata kuliah susah di semester 1 tidak ada ujian ulang dan semuanya di hari yang sama. Alhasil 2 biji gagal. Lesson no 1 : Never take exams on the same day.

Semester 2? So far so good sih sesuai prediksi. Btw sepertinya saya akan mengambil major di Software Engineering dengan minor 1 di Machine Learning dan minor 2 di Algorithm.

Pekerjaan Sambilan : Berhubung saya berangkat tanpa beasiswa, dan biaya hidup di Munich itu cukup mahal, maka pekerjaan sambilan harus dijalani biar bisa jajan. Kebetulan saya cukup beruntung bekerja di FlixBus, salah satu penyedia transportasi di Eropa sehingga saya mendapatkan jatah tiket gratis keliling Eropa (yang tentunya digunakan dengan optimal dong). Sejujurnya pekerjaan sambilan cukup memakan waktu terutama karena ada waktu bolak balik kampus-rumah-kantor sehingga kesehatan fisik dan mental harus dijaga agar tidak mudah sakit dan masih bisa belajar sedikit sedikit di waktu luang yang tersisa. Untungnya saya berada di dalam tim yang sangat supportif sehingga pekerjaan sampai saat ini berjalan cukup lancar dan saya mendapatkan banyak pengalaman bekerja di tim internasional (Jerman-Inggris-India-Pakistan-Rusia-Romania). Soal pendapatan per bulan fluktuatif karena berdasarkan jam kerja, tapi secara rata rata saya bisa dapat 700-900EUR per bulan, dengan maksimal 1300EUR per bulan. Lumayan. Enaknya lagi ada satu mata kuliah wajib yang kebetulan topiknya bisa dikerjakan di perusahaan ini jadi kaya sekalian aja sambil menyelam ambil mutiara. Lesson no 2 : Find a workplace that supports your college life

Kehidupan Sosial : Ga ada. HAHAHAHA

Just kidding. Ada sih disempet sempetin. Nongkrong bareng temen kampus, kadang temen kantor, ketemu orang orang Indonesia lain. Jalan jalan keliling Eropa (Swiss is beautiful but expensive, Austria has awesome Alps, Paris is… like that, Netherland is so friendly and windy, Copenhagen is super nice, check Christiania, Prague-Florence-Berlin and other cities give me different vibes and experiences)

Tapi harus dibatasin sih emang, ga bisa sebanyak kaya S1. Kuliah makin susah, Kerjaan menuntut waktu, Tidur tidak bisa dikurangin ya berarti waktu bermain game dan berkumpul dikurangin. Pick your priorities because you have to. Kalau lebih memilih nongkrong dan main game ya berarti siap tidur 4-5 jam per hari. Lesson no 3 : pick your priorities carefully

Secara umum, kuliah di Jerman tanpa beasiswa sangat memungkinkan asal persiapannya matang. Sejauh ini saya belum menemukan kendala yang berarti yang membuat super stres sampe botak. Stress level masih terjaga dalam batas sehat, kadang naik kadang turun wajar lah.

Semoga membantu!

Tahun Pertama di TU Munich

S2 tanpa Beasiswa : Bulan Pertama di Munich

‘Sup!

Sebelumnya saya sempat menulis tentang persiapan pribadi dan apa saja yang harus dipersiapkan ketika hendak mengambil kuliah di luar negeri tanpa beasiswa. Ga kerasa sudah > 1 bulan saya berada di Jerman dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada disini. Karena memang kaitannya erat antara persiapan keberangkatan dan penyesuaian diri, saya memutuskan untuk menuliskan pengalaman pribadi dalam menyesuaikan diri di lingkungan baru. Semoga membantu!

Sebelum menjejakkan kaki di negeri orang, alangkah baiknya mempunyai point of contact yang bersedia membantu / memberikan informasi terkait hal hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam bersikap / berinteraksi dengan lingkungan baru. Dalam hal ini saya kebetulan mempunyai teman dan mentor yang siap membantu memberikan tutorial tentang kehidupan awal di Jerman. Kalau ga ada mereka mungkin saya udah gelagapan ga tau mau ngapain kemana dan gimana :))

Pencarian akomodasi merupakan hal yang krusial, jangan sampai sudah mendarat tapi masih belum tahu mau tidur dimana. Ati ati kena deportasi sih kalo gitu hahahah. Pencarian akomodasi di Munich sangaaaaaaaaatttt susaaaahhh sekaliii sumpah ga boong. Sejak dari Indonesia saya sudah berusaha mencari informasi akomodasi ( post di wg-gesucht, cari di immoscout, craiglist, googling, facebook, etc ) tapi memang sebagian besar landlord hanya mau menyewakan setelah bertatap muka. Kebetulan ada kenalan yang berbaik hati mau menampung selama beberapa hari awal di Munich sehingga saya masih punya beberapa hari untuk benar benar mencari dan berkunjung ke calon tempat tinggal. Setelah beberapa kali melihat lokasi, akhirnya saya mendapatkan tempat di Laim, cukup jauh dari kampus sih ( 50 menit – 1 jam ) tapi transportasi mudah dan InsyaAllah cocok.

Tempat beribadah terutama bagi umat muslim ( karena harus sholat 5x sehari ) mungkin agak susah dicari. Hampir semua tempat umum tidak punya semacam mushola / ruang ibadah umum. Tapi masjid tidak terlalu susah untuk dijumpai. Rata rata dalam jarak 15-30 menit pasti ada masjid yang bisa disinggahi.

Pembuatan Rekening Bank Jerman itu gampang gampang susah sih. Gampangnya karena banyak pilihan ( Deutsche Bank, Commerzbank, N26, Sparkasse, dll ). Susahnya karena dokumennya semua berbahasa jerman dan kadang kadang agak ribet ( harus ke branch yang deket tempat tinggal / pake verifikasi via post / harus book janji online dulu dll ). Buat yang ga mau ribet sih enaknya langsung datang ke cabang bank terdekat yang diinginkan aja buat tanya tanya. Biasanya ada paket / tawaran berbeda untuk target market yang berbeda ( youth / student / adult ) jadi mending tanya tanya aja dulu sebelum daftar. Saya pribadi pake commerzbank ( karena deket sama tempat tinggal ) dan N26 ( karena online bank dan ga ada biaya bulanan ).

Pengurusan Residence Permit itu dilakukan terakhir setelah semuanya selesai. Udah punya tempat tinggal? Udah punya rekening bank Jerman? Udah nyaman dengan kondisi sekitar? Saatnya mengurus residence permit!
Apa itu residence permit? Residence permit adalah ijin yang dibutuhkan untuk tinggal dalam jangka waktu lama di sebuah negara (Eropa). Kalau semua dokumen yang dibutuhkan sudah komplit ngurusnya cepet kok. Berikut langkah langkah (yang saya lakukan) untuk mengurus residence permit :

  1. Bikin online appointment ( biar ntar nunggu gilirannya ga kelamaan )
  2. Nyiapin dokumen yang dibutuhkan ( passpor, ijin tinggal, berkas studi, pasfoto, dll )
  3. Dateng pas jam janjian, nunggu dipanggil

Setelah dipanggil bakalan cepet kok, cuma dijelasin dan ditanya tanya dikit ( misal : mau cap di paspor (90 eur) atau pake kartu (110 eur) – kartu lebih mahal sih tapi praktis karena jadi gausah bawa paspor kemana mana ). Abis itu baru ada security check. Biasa lah disuruh ngisi form tentang afiliasi dan minat ke organisasi mana aja ( ada listnya semua ) jadi mungkin buat tau mana yang simpati ke Al-Qaeda/KKK dan sejenisnya.

Abis itu beres tinggal nunggu kabar selanjutnya untuk pengambilan residence permit.

Tips trik lain

  • Luangkan waktu buat cari teman baru. Ngobrol ngobrol dengan orang lama atau orang baru akan memberikan banyak informasi yang mungkin akan butuh waktu lama kalo cari sendiri.
  • Jaga kondisi fisik dan mental jangan sampai sakit karena kalo awal awal sakit bakal repot banget kalo belum siap semuanya.
  • Kalau memang niat kuliah sambil kerja, pergunakan waktu seefisien mungkin karena waktu belajar akan sangat tersita dengan kesibukan kerja dan pembiasaan lingkungan baru, terlebih ada beberapa (bahkan lumayan banyak) kuliah yang menerapkan nilai 100% di ujian akhir sehingga membutuhkan perhatian ekstra.

 

Semoga membantu!

S2 tanpa Beasiswa : Bulan Pertama di Munich

S2 tanpa Beasiswa : Persiapan ke Munich

Yo!

Tahun ini saya melakukan sebuah besar dalam hidup : menjalani kehidupan S2 tanpa beasiswa alias menghabiskan tabungan pribadi ( tentunya dengan dukungan dan doa orang tua yang baik hati dan penuh kasih sayang ). Bukan berarti saya mempunyai banyak kelebihan harta benda sehingga memutuskan untuk mengambil S2 tanpa beasiswa, namun karena banyak faktor ( tidak ada beasiswa untuk kampus pilihan saya,  faktor kota tujuan, kesibukan untuk mencari beasiswa di kampus lain dll ) sehingga saya memutuskan untuk mengambil S2 di kota Munich tanpa dukungan beasiswa. Untuk menjalani hal tersebut tentunya dibutuhkan banyak persiapan dan kesiapan. Melalui post ini saya coba share persiapan apa saja yang saya lakukan sampai semua hal hal yang penting bisa selesai tanpa banyak mengganggu kehidupan sehari hari.

Pemilihan Kampus

Kenapa Jerman? Kenapa Munich?

Singkat kata : London mahal! hahaha. Sebenarnya tujuan utama saya ada di Inggris, karena waktu, bahasa, teknologi dan komunitas yang ada di sana sangat sesuai yang saya inginkan. Akan tetapi mahalnya biaya membuat saya urung mengambil S2 di sana, meskipun sudah mendapatkan acceptance letter.

Pilihan kedua saya di Jerman dan Munich ( TU Munich ) – karena

  1. Kuliahnya gratis ( saya hanya membayar 129 euro per semester )
  2. Kesempatan part time sebagai software engineer cukup banyak
  3. Ada beberapa teman saya yang tinggal di Munich ( menurut saya faktor teman menjadi sangat penting ketika kita ingin studi ke sebuah negara sendirian karena hal ini akan jauh mempermudah adaptasi sehingga homesick bisa diminimalisir )

Kenapa ga Berlin? Hmm, TU Munich lebih bagus daripada TU Berlin dan kesempatan part time jadi software engineer lebih banyak di Munich berdasarkan pencarian online.

Pendaftaran Kampus

Gimana cara daftar ke kampus Jerman?

  1. Penyetaraan ijazah : untuk bisa mendaftar di Jerman, ijazah kita harus disetarakan terlebih dahulu karena perhitungan IPK di Jerman berbeda dengan di Indonesia. Untuk Jerman, IPK terbaik adalah 1 sedangkan yang paling jelek adalah 5. Untuk itu dibutuhkan penyetaraan / konversi ijazah kita ke dalam nilai yang diakui di Jerman. Untuk melakukan hal itu, saya melakukan penyetaraan ijazah melalui https://www.uni-assist.de – dengan mengirimkan dokumen yang dibutuhkan. Dokumen.- dokumen tersebut dikirimkan melalui pos dan kemudian akan dilakukan proses penyetaraan / konversi selama ( kalo ga salah ) 2 minggu.  Untuk proses ini memakan biaya sekitar 2jt termasuk biaya pos dan pembayaran ke uni-assist.
  2. Pendaftaran kampus : TUM kebetulan membuka pendaftaran online, sehingga saya waktu itu melakukan pendaftaran online terlebih dahulu dan kemudian mengunggah dokumen yang dibutuhkan secara bertahap. Kemudian setelah dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap ( termasuk hasil penyetaraan ijazah ) baru kemudian dikirimkan via pos. Pengumuman dari kampusnya cukup cepat sih, waktu itu sekitar 3 minggu sudah dapat pengumuman ( asal dokumennya lengkap dan tidak bermasalah ). Untuk TUM ketika mendaftar ada pilihan untuk tanggal placement / aptitude test – tapi optional, kebetulan karena saya tidak disuruh melakukan aptitude test sehingga tidak bisa bercerita lebih jauh. Untuk proses ini saya lupa biayanya berapa, yang jelas pengiriman dokumen +- 500rb.

Oiya jangan lupa melakukan translate dan legalisir dokumen penting ya ( ijazah, sertifikat bahasa, piagam, dll ) sehingga ga keribetan ketika nanti melakukan proses pendaftaran / penyetaraan ijazah.

Perlu bisa bahasa Jerman ga? Nein. Asal program studi yang dipilih bisa diselesaikan dengan bahasa Inggris, tidak ada syarat sertifikat / penguasaan bahasa Jerman.

Pembuatan Visa Studi

Nah ini, proses yang cepat tapi membutuhkan persiapan fisik dan mental yang cukup besar ( haha ). Pembuatan visa studi ini ga ribet sih sebenernya selama mengikuti petunjuk yang ada di website. Tapi yang mungkin terdengar asing adalah pembekuan rekening ( blocked account ).

Blocked account adalah sebuah bukti mampunya seorang individual untuk bertahan hidup di Jerman selama setahun ( apabila kuliah tanpa beasiswa / sponsor ). Blocked account harus langsung diisi dengan nilai yang ditentukan ( pada saat itu saya nilainya sekitar 8640 euro ) dan hanya bisa diambil tiap bulan dengan nilai yang sudah ditentukan juga ( 720 euro ). Proses pembuatan blocked account bisa dilakukan di beberapa tempat, namun saya melakukan di X Patrio ( prosesnya sangat cepat dan mudah, tentunya dengan biaya tambahan sekitar 70 euro – jadi totalnya sekitar 8700an euro )

Setelah semua dokumen disiapkan, bisa langsung buat janji ke kedutaan Jerman dan melakukan pengumpulan dokumen dan pembayaran proses pembuatan visa. Saat itu saya membutuhkan waktu sekitar 3 minggu untuk mendapatkan visanya – akan tetapi waktu pengurusan visa bisa lebih lama sehingga sebaiknya jangan mepet. Untuk proses ini membutuhkan biaya sekitar 1,5 juta

Visa yang saya dapatkan adalah visa 3 bulan, yang kemudian harus diperpanjang sesampainya di Jerman.

Pendaftaran Asuransi Kesehatan

Asuransi kesehatan wajib dimiliki oleh setiap orang yang tinggal di Jerman. Untuk proses finalisasi enrolment kampus juga membutuhkan bukti asuransi kesehatan. Karena saya membuat blocked account di X Patrio, asuransi kesehatan juga sekalian disitu sih biar lebih praktis. Untuk biaya asuransi ini selama 1 semester adalah 540 euro atau bisa juga per bulan 90 euro.

Akomodasi dan Transportasi

Hal yang paling sulit untuk dicari selama persiapan kuliah di Munich adalah akomodasi. Lebih susah daripada cari kerja / cari kampus. SUMPAH!

Munich merupakan kota yang terkenal paling mahal di Jerman, dan mencari akomodasi sangat sangat susah. Untuk mahasiswa, pilihan paling murah adalah asrama mahasiswa ( publik / privat ) – namun slotnya sangat sedikit dan rebutan dengan mahasiswa lain. Singkat cerita, selama di Jakarta saya gagal mendapatkan akomodasi sehingga harus menumpang di tempat teman ( salah satu gunanya punya teman ) selama beberapa hari. Mengenai hal ini nanti akan ada post khusus karena prosesnya cukup berbelit belit ( dan tidak termasuk konteks persiapan karena saya baru mendapatkan akomodasi setelah sampai di Munich ). Untuk biaya bulanan bervariasi juga tergantung tempat tinggal dan gaya hidup. Sebagai acuan kasar, jajan di luar itu sekitar 3-10 euro sekali makan tergantung pemilihan tempatnya. Kalau setiap hari masak dan bawa bekal bisa 150-250 euro aja sih untuk makan per bulannya.

Untuk transportasi ke Munich bervariasi ya harganya dari 5-10 juta sekali jalan. Silahkan aja dipilih maskapai dan tanggal diinginkan, sepertinya tidak terlalu ribet dengan teknologi dan aplikasi yang ada saat ini.

Part Time / Werkstudent

Selain persiapan kampus, saya juga mempersiapkan kerja part time sejak di Jakarta. Setelah persiapan kampus dan visa selesai, saya mulai mencari cari kerja part time / werkstudent yang menerima software engineer / mahasiswa cupu yang tidak bisa berbahasa Jerman. Meskipun cukup banyak posisi menarik yang membutuhkan kemampuan berbahasa Jerman ( sigh ), ada juga beberapa startup  yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari hari. Saya mendaftar ke beberapa posisi di beberapa startup dan Alhamdulillah nyantol 1 di Flixbus. Proses interview di Flixbus ini ada beberapa tahap : 1) Pengumpulan CV dan Motivation Letter , kemudian ada 2) Live coding challenge. Di tahap ini saya tidak bisa menyelesaikan semua challenge, tapi entah kenapa dipanggil ke tahap 3) Interview dengan developer. Karena posisi saya pada waktu ini masih di Jakarta, ini dilakukan via video call. Dan akhirnya sampai ditahap akhir 4) On site interview. Sesuai dengan namanya, tahap ini harus dilakukan di Munich dan dengan baik hati mereka bersedia menunggu saya selama 2 minggu lebih sebelum melakukan on site interview. Setelah semua selesai, saya mendapatkan kontrak kerja dengan nilai yang InsyaAllah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan bulanan sehingga tabungan bisa sedikit terjaga :))

Oiya, untuk standar part time di Munich berkisar 10 euro per jam ke atas tergantung pekerjaannya – kalau ga salah 10 euro itu untuk kasir supermarket / kurir sepeda. Offer paling besar yang pernah saya terima adalah 18 euro per jam ( namun tidak jadi saya ambil karena beberapa faktor ).

 

Semoga membantu

Cheerios!

 

S2 tanpa Beasiswa : Persiapan ke Munich